pemerintah Indonesia menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12% resmi berlaku pada tahun 2025. Kebijakan ini diambil sebagai langkah untuk meningkatkan pendapatan negara dalam mendukung pembangunan dan program sosial. Namun, perubahan ini tentu menimbulkan berbagai konsekuensi bagi sektor bisnis dan masyarakat umum.

Sejak beberapa tahun terakhir, pemerintah telah menunjukkan intensi untuk menaikkan tarif PPN sebagai bagian dari reformasi perpajakan nasional. Salah satu alasan utama adalah untuk meningkatkan pendapatan negara guna mendanai berbagai program pembangunan, mulai dari infrastruktur hingga pelayanan kesehatan dan pendidikan.

Baca Juga : Resmi! PPN DTP Diperpanjang hingga Desember!

Dampak Kenaikan Tarif PPN 12% bagi Sektor Bisnis dan Konsumen

• • Dampak bagi Sektor Bisnis

Dengan kenaikan tarif PPN menjadi 12 persen, beberapa sektor bisnis mungkin akan menghadapi peningkatan biaya operasional. Kenaikan tarif ini berpotensi mengurangi daya beli konsumen jika perusahaan memutuskan untuk menaikkan harga produk atau layanan. Hal ini dapat mempengaruhi penjualan dan pertumbuhan bisnis, terutama bagi UMKM yang tergantung pada daya beli masyarakat.

Selain itu, perusahaan yang bergantung pada bahan baku impor atau yang berada di sektor jasa berisiko mengalami beban tambahan karena kenaikan PPN mempengaruhi harga akhir yang ditawarkan ke konsumen.

• • Dampak bagi Konsumen

Bagi konsumen, kenaikan tarif PPN berarti peningkatan harga barang dan jasa. Barang-barang kebutuhan pokok yang sebelumnya dibebaskan dari PPN mungkin tidak terkena dampak secara langsung, namun produk lain akan mengalami penyesuaian harga. Hal ini bisa menyebabkan pengurangan daya beli serta mendorong masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam pengeluaran mereka.

Perbandingan Harga Properti dengan PPN 11% dan PPN 12%

Jika saat ini PPN sebesar 11%, dengan kenaikan menjadi 12% resmi berlaku pada 2025, harga properti akan mengalami kenaikan cukup signifikan. Misalnya, untuk sebuah properti senilai Rp 1 miliar, tambahan 1% dalam tarif pajak berarti biaya yang harus dibayar bisa bertambah hingga Rp 10 juta. Kenaikan ini mungkin tampak kecil, tetapi bila dihitung dalam nilai properti yang lebih besar, maka dampaknya juga semakin terasa.

Contoh:

Nilai Properti	PPN 11% (2024)	PPN 12% (2025)	Perbedaan Biaya

 

Baca juga : Tips Menghadapi Kenaikan PPN dan Peluang Investasi Properti dari Program PPN DTP

Manfaatkan Free PPN Sekarang!

Dengan kebijakan bebas PPN yang berlaku hingga akhir 2024, kesempatan besar terbuka bagi Anda yang ingin menghemat biaya pembelian properti. Insentif ini memberikan keuntungan signifikan, terutama bagi pembeli yang berencana membeli properti dalam waktu dekat. Membeli properti saat ini, sebelum tarif PPN naik menjadi 12% pada 2025, adalah pilihan strategis yang dapat menghemat anggaran hingga puluhan juta rupiah, tergantung nilai properti yang Anda beli.

Kebijakan bebas PPN ini menarik bagi pembeli rumah pertama, juga bagi investor yang ingin menambah portofolio properti mereka. Dalam jangka panjang, properti yang dibeli dengan harga lebih rendah tanpa tambahan PPN berpotensi memberikan hasil investasi lebih tinggi saat dijual atau disewakan kembali.

CitraGarden City Jakarta memiliki produk residensial dan komersial yang bisa Anda miliki dengan memanfaatkan program Free PPN, Subsidi DP, dan subsidi surat-surat. Jika Anda sedang mencari tempat yang tepat untuk memulai langkah baru, baik untuk hunian nyaman atau investasi bisnis yang menguntungkan, Lavia Living dan Aero Prime bisa menjadi pilihan yang bijak. Nikmati kesempatan membeli properti dengan bebas PPN hingga akhir 2024, yang tentu memberikan keuntungan lebih bagi Anda.

Kami dengan senang hati siap membantu Anda menemukan properti yang sesuai dengan kebutuhan dan impian Anda. Hubungi kami untuk informasi lebih lanjut atau Anda bisa #VisitAjaDulu dengan datang langsung ke lokasi dan melihat langsung potensi dari CitraGarden City.